Surat Al-Ikhlas
Artinya :
1.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan
tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak
ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al Ikhlash.Yang pertama, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah.
Kandungan surat
1.Surat ini merupakan surat yang menegaskan tentang ketauhidan dan pensucian nama Allah
Ta'ala. Ia merupakan prinsip pertama dan pilar utama
Islam.
2.Surat ini juga
mengukuhkan keesaan Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia sendiri yang dituju untuk
memenuhi semua kebutuhan, yang tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, tiada yang menyerupai dan tandingan-Nya. Konsekuensi dari semua itu adalah ikhlas beribadah kepada Allah dan ikhlas menghadap kepada-Nya saja.
Hubungan surat
§ Hubungan surat Al-Ikhlas dengan surat sebelumnya:
Surat
Al-Lahab mengisyaratkan bahwa kemusyrikan itu tak dapat dipertahankan dan tidak akan menang walaupun para pendukung-pendukungnya bekerja keras. Surat Al-Ikhlash mengemukakan bahwa tauhid dalam Islam adalah tauhid yang semurni-murninya.
§Hubungan surat Al-Ikhlas dengan surat sesudahnya:
Surat Al-Ikhlash menegaskan kemurniaan keesaan Allah SWT, sedang surat Al-Falaq memerintahkan agar semata-mata kepada-Nya lah orang memohon perlindungan dari segala macam celaan dan cobaan.
Tafsir ayat 1
Allah Maha Esa
قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ
"Katakan, 'Dialah Allah
yang Esa."
Inilah prinsip pertama dan tugas utama yang diemban Nabi saw. Beliau pun menyingsingkan lengan baju dan mulai mengajak manusia kepada tauhid dan beribadah kepada Allah yang Esa. Oleh karena itu di dalam surat ini Allah memerintahkan beliau agar mengatakan, "Katakan, 'Dialah Allah yang Esa." Katakan kepada mereka, ya Muhammad, "Berita ini benar karena didukung oleh kejujuran dan bukti yang jelas. Dialah Allah
yang Esa. Dzat Allah satu dan tiada berbilang. Sifat-Nya
satu dan selain-Nya tidak memiliki sifat yang sama dengan sifat-Nya. Satu
perbuatan dan selain-Nya tidak memiliki perbuatan seperti perbuatan-Nya.
àKata (قُلْ) –artinya katakanlah-. Perintah ini ditujukan kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dan juga umatnya.
à Al Qurtubhi mengatakan bahwa (قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ) maknanya adalah:
الوَاحِدُ الوِتْرُ، الَّذِي لَا
شَبِيْهَ لَهُ، وَلَا نَظِيْرَ وَلَا صَاحَبَةَ، وَلَا وَلَد وَلَا شَرِيْكَ
Al Wahid Al Witr (Maha Esa), tidak ada yang serupa dengan-Nya, tidak ada yang sebanding dengan-Nya, tidak memiliki istri ataupun anak, dan tidak ada sekutu baginya.
à Asal kata dari (أَحَدٌ) adalah (وَحْدٌ), sebelumnya diawali dengan huruf ‘waw’ kemudian diganti ‘hamzah’. (Al Jaami’ liahkamil Qur’an, Adhwaul Bayan)
Tafsir Ayat 2
Allah tempat bergantung
اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”
Artinya tiada sesuatu pun di atas-Nya dan Dia tidak butuh kepada
sesuatu pun. Bahkan selain-Nya butuh kepada-Nya. Semua makhluk perlu berlindung
kepada-Nya di saat sulit dan krisis mendera. Maha Agung Allah dan penuh berkah
semua nikmat-Nya.
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masiir mengatakan bahwa makna Ash Shomad ada empat pendapat:
Pertama, Ash Shomad bermakna:
أنه السيِّد الذي يُصْمَدُ إليه في
الحوائج
Allah adalah As Sayid (penghulu), tempat makhluk menyandarkan segala hajat pada-Nya.
Kedua, Ash Shomad bermakna:
أنه الذي لا جوف له
Allah tidak memiliki rongga (perut).
Ketiga, Ash Shomad bermakna:
أنه الدائم
Allah itu Maha Kekal.
Keempat, Ash Shomad bermakna:
الباقي بعد فناء الخلق
Allah itu tetap kekal setelah para makhluk binasa.
Dalam Tafsir Al Qur’an Al Azhim (Tafsir Ibnu Katsir) disebutkan beberapa perkataan ahli tafsir yakni sebagai berikut.
Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah :
Dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah :
الَّذِي يَصْمُدُ الخَلَائِقُ إِلَيْهِ
فِي حَوَائِجِهِمْ وَمَسَائِلِهِمْ
Seluruh makhluk bersandar/bergantung kepada-Nya dalam segala kebutuhan maupun permasalahan.
Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu Abbas mengatakan mengenai
اللَّهُ الصَّمَدُ) هو السيد
الذي قد كمل في سؤدده، والشريف الذي قد كمل في شرفه، والعظيم الذي قد كمل في
عظمته، والحليم الذي قد كمل في حلمه، والعليم الذي قد كمل في علمه، والحكيم الذي
قد كمل في حكمته وهو الذي قد كمل في أنواع الشرف والسؤدد، وهو الله سبحانه، هذه
صفته لا تنبغي إلا له، ليس له كفء، وليس كمثله شيء، سبحان الله الواحد القهار.
Dia-lah As Sayyid (Pemimpin) yang kekuasaan-Nya sempurna. Dia-lah Asy Syarif (Maha Mulia) yang kemuliaan-Nya sempurna. Dia-lah Al ‘Azhim (Maha Agung) yang keagungan-Nya sempurna. Dia-lah Al Halim (Maha Pemurah) yang kemurahan-Nya itu sempurna. Dia-lah Al ‘Alim (Maha Mengetahui) yang ilmu-Nya itu sempurna. Dia-lah Al Hakim
(Maha Bijaksana) yang sempurna dalam hikmah (atau hukum-Nya). Allah-lah –Yang Maha Suci- yang Maha Sempurna dalam segala kemuliaan dan kekuasaan. Sifat-Nya ini tidak pantas kecuali bagi-Nya, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak ada yang semisal dengan-Nya. Maha Suci Allah
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Tafsir Ayat 3
Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ
يُولَدْ
"Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan"
Ini
merupakan pensucian Allah dari mempunyai anak laki-laki, anak perempuan, ayah,
atau ibu. Allah tidak mempunyai anak adalah bantahan terhadap orang-oran
musyrik yang mengatakan bahwa malaikat itu anak-anak perempuan Allah, terhadap
orang-orang Nashrani dan Yahudi yang mengatakan 'Uzair dan Isa anak Allah. Dia
juga bukan anak sebagaimana orang-orang Nashrani mengatakan Al-Masih itu anak
Allah lalu mereka menyembahnya sebagaimana menyembah ayahnya. Ketidak-mungkinan
Allah mempunyai anak karena seorang anak biasanya bagian yang terpisah dari
ayahnya. Tentu ini menuntut adanya pembilangan dan munculnya sesuatu yang baru
serta serupa dengan makhluk. Allah tidak membutuhkan anak karena Dialah yang
menciptakan alam semesta, menciptakan langit dan bumi serta mewarisinya.
Sedangkan ketidak-mungkinan Allah sebagai anak, karena sebuah aksioma bahwa
anak membutuhkan ayah dan ibu, membutuhkan susu dan yang menyusuinya. Maha
Tinggi Allah dari semua itu setinggi-tingginya.
Kalimat (لَمْ يَلِدْ) sebagaimana dikatakan Maqotil,
”Tidak beranak kemudian mendapat warisan.” Kalimat (وَلَمْ يُولَدْ) maksudnya adalah tidak disekutui. Demikian karena orang-orang musyrik Arab mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah . Kaum Yahudi mengatakan bahwa ’Uzair adalah anak Allah. Sedangkan Nashoro mengatakan bahwa Al Masih (Isa, pen) adalah anak Allah. Dalam ayat ini, Allah meniadakan itu semua.” (Zadul Masiir)
Tafsir Ayat 4
Allah tidak serupa dengan yang lainnya
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا
أَحَدٌ
"Dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.”
Selama satu Dzat-Nya dan tidak berbilang, bukan ayah seseorang dan
bukan anaknya, maka Dia tidak menyerupai makhuk-Nya. Tiada yang menyerupai-Nya
atau sekutu-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.
Meskipun ringkas, surat ini
membantah orang-orang musyrik Arab, Nashrani, dan Yahudi. Menggagalkan
pemahaman Manaisme (Al-Ma’nawiyah) yang mempercayai tuhan cahaya dan kegelapan,
juga terhadap Nasrani yang berpaham trinitas, terhadap agama Shabi'ah yang menyembah
bintang-bintang dan galaksi, terhadap orang-orang musyrik Arab yang mengira
selain-Nya dapat diandalkan di saat membutuhkan, atau bahwa Allah mempunyai
sekutu. Maha Tinggi Allah dari semua itu.
• Maksudnya adalah tidak ada seorang pun sama dalam setiap sifat-sifat Allah. Jadi Allah meniadakan dari diri-Nya memiliki anak atau dilahirkan sehingga memiliki orang tua. Juga Allah meniadakan adanya yang semisal dengan-Nya. (Tafsir Juz ‘Amma 293)
• Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan makna ayat: ”dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” yaitu tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan.
Kesimpulan
Surat Al-Ikhlas menegaskan akan ketergantungan seluruh makhluk di muka bumi ini kepada sang Penguasa, Allah SWT, semuanya makhluk tak terkecuali senantiasa membutuhkan Allah SWT.
Pemateri : Mr.Yasin Efendi,M.Kom
Resume by Tuning Asriana